PASAINS Kuluk-kuluk

SLAMET 3429 mdpl

Liburan di Slamet

Catatan Time KEEPER kece bisa diliat disini (biaya dan waktu perjalanan)

Voilaaa !!

So, ini adalah pendakian yang dilakukan oleh para Pasainers setelah sebelumnya pendakian yang dilakukan dalam rangka Diklat Lanjut Anggota Muda ke Gunung Merbabu dan Merapi. Tujuan kita adalah Gunung Slamet dengan ketinggian 3430 mdpl yang berlokasi di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Ga kebayang banget dengan persiapan yang bisa dibilang cepat kilat karena kita semua sedang berada pada kondisi ribet UAS, akhirnya pendakian ini bisa terlaksana. Mulai dari mencari info perjalanan (nanya-nanya ke senior dan googling), merencanakan perjalanan, mengurus transportasi, logistik dan jumlah peserta yang syukurnya rapi beres dan lancar. Ya, ini memang salah satu proker Pasains bagi para anggota baru yang namanya ‘Wajib Gunung’. Kita, angkatan 14 adalah orang-orang yang akhirnya berkewajiban untuk mengatur semua trip ini. Semacam Learning by Doing gitu lah yaaa

Lanjut yaa..

Persiapan perjalanan kita dimulai dari tanggal 27 Juni malam dimulai dari jam 18.30 WIB -23.00 WIB. Setelah sharing, baik ke senior ataupun mbah google lewat artikel para pendaki lainnya akhirnya kita pun merampungkan tugas manajemen perjalanan. Semangat, walaupun mata rasanya berat karena kebetulan sorenya kita baru aja beres ujian (maklum mahasiswa). Ya, akhirnyaaaa akhirnyaaa tugas kita pun berlanjut untuk mencari masa. Banyaknya masa yang terkumpul ketika ditotalkan ada 11 orang, dengan bujuk dan rayuan maut akhirnya pendakian ini bisa benar-benar ramai sodara-sodara.

Selasa, 02 Juli 2013
Perjalanan dimulai jam 08.30 WIB dari sekre PASAINS, kita jalan kaki (kira-kira 200 meter) ke arah RS Sardjito untuk naik bis kota menuju terminal Giwangan. FYI, ongkosnya Rp. 3.000,-/orang karena harga BBM baru aja naik jadi ongkos bis kota pun ikutan naik huhuuu. Sampai di terminal Giwangan pukul 09.40 WIB, langsung aja kita menuju tempat pembelian tiket bis Efisien*i (jurusan Yogyakarta-Purwekerto) dengan harga Rp. 40.000,-/orang. Bis efisiensi ini punya jadwal keberangkatan tiap 30 menit sekali dimulai dari jam 06.30 WIB sampai 19.30 (dari Yogyakarta) jadi kita baru meluncur ke Purwekerto jam 10.00 WIB. Hokinya, kita dapet tempat duduk yang super pewe, ber-11 duduk bareng di paling belakang bis dan pas banget memang ketika membeli tiket hanya ke-11 tempat duduk itu yang tersisa. Jadi, selama perjalanan kita bisa tetep seru-seruan karena masih bareng hehe.

Terasa lebih enak ketika dalam perjalanan jauh kita bisa duduk bareng sama temen-temen. Ya, selain buat seru-seruan juga bisa mencegah mabok perjalanan karena ada teman ngobrol. =D

Geng Pojok

Pukul 15.30 WIB kita sampai di terminal Purwekerto, ternyata jalanan ga macet dan supir bisnya juga kece banget bawa mobilnya (ngebut dikit tak apalah). Jadi, waktu perjalanan fix 5 jam Yogyakarta-Purwekerto. Karena perut kami lapar, sudah berkeroncongan sejak di bis akhirnya kami memutuskan untuk mencari warung makan. Sebagai makan siang yang sudah agak telat tentunya, kami mencari warung makan murah yang pastinya bukan berlokasi di dalam terminal. Setelah tanya-tanya dengan tukang ojek akhirnya direkomendasikanlah Warteg Portugal yang letaknya di perempatan Teluk (ke arah selatan terminal Purwekerto) tapi karena miskom akhirnya kita malah makan di warung makan Barokah. Karena cuma satu-satunya warteg yang keliatan di sepanjang jalan itu ya mau ga mau kita makan disana. Dengan modal nasi satu Magic Jar (yang sebenernya ga cukup banget buat makhluk kelaparan kayak kita) akhirnya kami makan dengan lahap. Maman pun diberi tugas untuk membagi nasi dari satu Magic Jar itu ke atas 11 piring seadil-adilnya. Belum lagi dengan lauk seadanya, ya itu karena sudah sore dan ibu warung Barokah sudah tidak masak lagi. Huhu. Kurang lebih kami menghabiskan waktu 45 menit untuk makan siang ini. Tak apa, yang penting perut terganjal yah sodara-sodara. Per porsi disertai teh manis hangat dihargai Rp. 6.000,-.

Sambil menunggu mobil jemputan dar basecamp yang ternyata masih terjebak macet di daerah purbalingga kami pun memutuskan untuk solat dulu. Masih di perempatan teluk, kami menuju mushola yang berjarak sekitar 500 meter dari warung makan Barokah. Lumayan lama kami menunggu mobil basecamp, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu dengan salah satu sesepuh PASAINS yang sekarang berdomisili di Purwekerto dan bekerja sebagai dosen di UNSOED namanya Om Aji. Beliau luar biasa baik, ya namanya rezeki kami pun dapet uang buat jajan dan dapet makanan tambahan pula dari abang martabak. Yup, satu porsi martabak coklat gratis (sekali lagi ditekankan, GRATIS!). Kata abangnya, 'itu buat bekal perjalanan kalian dek'. Huhuuu kindly man, HAMDALAH! semoga dagangannya semakin laris baaaaang (Allah bless u :*). Jadilah derajat kita naik mendadak, setelah sebelumnya kelaparan kayak orang susah saat itu kita malah dapet makanan berlimpah hahahaah.

Kita baru berangkat dari mushola jam 18.00 WIB setelah menunggu lama. Sebenernya, dari jam 17.15 WIB mobil jemputan sudah sampai perempatan Teluk. Maman dan Colenak sudah melihat mobil itu dan sudah telponan sama si bapak untuk janjian di lampu merah. Tapi entah kenapa si bapak bukan mendekat ke kita malah menjauh. Ya, itu karena miskom lagi. Karena maman bilang kalau dia berdiri di lampu merah pakai jaket warna biru sedangkan si bapak ga liat ada perempuan cantik pake warna biru tapi jaket warna putih (ah, itu kayaknya alasan bapak aja karena grogi mau ketemu cewe cantik kayak Maman hehe). Akhirnya setelah bapak nyasar dan puter balik, kita pun dipertemukan dan langsung aja perjalanan dilanjutkan ke basecamp Bambangan.

mobil jemputan basecamp Bambangan

Dan, sampai juga di basecamp bambangan. Turun dari mobil, sebagian mulai beres-beres tas dan sebagian lain mulai pergi ke basecamp bawah (atau disana disebut juru kunci) untuk membayar retribusi. Yup, per orang dikenakan tarif Rp. 5.000,00 sudah lengkap dengan wejangan dari bapak juru kunci. Acara selanjutnya, santai-santai kita mulai ngopi-ngopi, ngeteh dan menyiapkan makanan. Makan malam sodara-sodara, kita semua sudah mirip sekali dengan korban di camp pengungsian -_-. Makan makanan dari om Aji tentunyaa . Setelah mengisi perut kami pun mulai mengisi waktu, mengisi kekosongan dengan main kartu.

Ya, penting banget bawa kartu karena kalau udah garing dan bingung mau ngobrolin apa lagi kita akan diselamatkan oleh kartu-kartu ini.

03 Juli 2013
Pagi menjelang, rasanya indah banget melihat pemandangan di luar basecamp. Dari jam 04.00 pagi aja udah banyak warga yang mondar-mandir baik dengan jalan kaki atau motor ke arah ladang mereka di sepanjang jalur pendakian awal. Sunrise mulai terlihat mempesona, benar-benar bayaran yang sangat pantas untuk mereka yang udah jauh-jauh datang ke tempat ini. Jam 06.00 pagi semua peserta bangun semua, setelah solat dan ke kamar mandi untuk buang hajat kami pun melanjutkan dengan sarapan. Di basecamp ini ada kamar mandi yang masih berfungsi dengan baik sekitar 2 buah. Sumber air bukan berasal dari tanah melainkan dari air hujan yang ditampung di dalam bak besar di depan kamar mandi. Lumayan banget buat bersih-bersih, airnya dingin dan kotorannya cepat mengendap sehingga tidak terlihat menjijikkan. Akhirnya, jam 08.15 WIB kami mulai perjalanan, sebelumnya kami berdoa agar diberikan keselamatan dan kelancaran dalam proses pendakian ini.

• Basecamp-Pos Lapangan (08.15-08.45)
Sepanjang perjalanan masih banyak sekali terlihat ladang penduduk setempat yang didominas oleh sayuran seperti daun bawang, tomat dan kubis. Kami berjalan bersama dengan para penduduk yang mondar-mandir naik dan turun untuk berladang. Pemandangan ini yang tak mungkin diperoleh di kota besar :D. Disebut pos lapangan karena memang pos ini adalah sebuah lapangan yang sangat luas (seperti lapangan sepak bola).

Gerbang pendakian Bambangan

• Pos Lapangan- Pos I (08.45-10.00)
Pos I yang bernama Gumirang ini memliki ketinggian 1936 mdpl. Di pos inilah merupakan akhir dari ladang penduduk dan pintu bagi hutan serta segala isinya. Di pos ini kami beristirahat selama 30 menit. Terdapat saung yang lumayan besar terdiri dari papan di pinggiran dinding saung yang dapat dijadikan tempat duduk. Saung yang cukup besar ini kira-kira mampu menampung 2 tenda dengan jarak yang lumayan besar. Keren lah

Jepret dikit di Pos I (Gumirang)

• Pos I – Pos II (10.30-12.00)
Pos ini memiliki ketinggian 2235 mdpl yang disebut dengan Walang. Berbentuk dataran rata dengan luas yang sangat cukup untuk bersantai sejenak. Di pos ini kami pun mulai memakan perbekalan karena ternyata sisa sarapan pagi sudah habis peran. Perjalanan dari pos I menuju pos II sudah mulai terjal dibanding dari pos lapangan menuju pos I yang masih cukup landai.
• Pos II – Pos III (12.30-13.30)
Pondok Cemara atau pos III memiliki ketinggian 2478 mdpl. Pos ini juga berbentuk dataran dengan lahan tempat duduk yang cukup untuk beristirahat. Kebetulan ketika perjalanan kami menemukan sekelompok pendaki yang mulai mendirikan tenda di pos ini. Kehangatan tentu saja mulai tercipta ketika kami bertemu satu sama lain. Hal yang dapat kami amati adalah kondisi jalan yang masih bebas dari sampah pendaki sampai pos ini.

Pos II (Pondok Cemara)

• Pos III-Pos IV (13.50-15.00)
Nah, ini dia pos Samaranthu atau pos ke IV yang merupakan singkatan dari Samar-samar hantu dengan ketinggian 2658 mdpl. Menurut beberapa informasi di pos ini terdapat hantu yang kadang menampakkan diri secara samar. Sebaiknya memang kita tetap menghormati peraturan dan kebiasaan setempat. Pos ini memang terlihat lebih redup karena banyak pohon rambat dengan akar-akar gantung yang tumbuh cukup lebat. Hiiiii....

Pos IV (Samaranthu)

• Pos IV-Pos V (15.05-15.30)
Pos V yang disebut dengan Mata air ini adalah pos yang sangat kami nantikan. Di atas ketinggian 2792 mdpl ini kita dapat menemukan sumber mata air yang merupakan satu-satunya sumber mata air di Gunung Slamet. Sumber air tersebut terletak sekitar 500 meter dari saung pos V dan melewati jalan turun berbatu. Bentuknya adalah sebuah pipa dengan diameter kira-kira 5 cm yang mampu mengeluarkan air. Air tersebut adalah air yang berasal dari aliran air hujan yang turun. Jadi, semakin deras aliran hujan maka aliran air akan kami tampung dengan lebih cepat.

Sumber Mata Air di Pos V (Mata Air)

Tidak berbeda dengan pos Gumirang, pada pos V juga terdapat saung yang mampu menampung dua tenda di dalamnya dengan satu papan berukuran 4 x 2 meter yang menempel pada salah satu dinding ruangan. Papan tersebutlah yang kami jadikan tempat bermalam karena kami tidak sempat mendirikan tenda. Ketika baru sampai pos V hingga malam menjelang hujan turun deras tanpa henti sehingga rencana awal kami yang menginginkan bermalam di pos VII harus digantikan di Pos V. Rasanya sangat sempit karena selain dijadikan tempat tidur kami juga membuat dapur darurat untuk memasak malam di atasnya. Namun, karena posisi yang berdesakkan itulah suasana menjadi terasa hangat. Yup, perlu diketahui bahwa suasana dingin mulai terasa sedikit menggigit di Pos ini. Sayangnya, pos ini terlihat sangat kotor karena banyak sampah yang berserakan begitu saja. Wah, katanya pecinta alam tapi ko malah merusak alam -___-‘

Pos V (Mata Air)

04 Juli 2013
• Pos V – Pos VI (03.00-03.25)
Pos Samyang Rangkih merupakan pos keenam dengan ketinggian 2900 mdpl. Karena summit attack dilakukan dini hari dan dalam suasana gelap hampir saja kami tidak menyadari letak pos ini. Lokasi pos ini seperti jalanan pada umumnya, berbentuk dataran dengan lebar sekitar 2 meter yang sekaligus menjadi jalan pendaki. Terdapat pohon patah yang melintangi jalan dan menandakan lokasi pos VI ini.

• Pos VI-Pos VII (03.30-04.00)
Next, pos Samyang Jampang. Pos ketujuh ini memiliki ketinggian 3019 mdpl. Kondisi jalan yang semakin terjal ternyata cukup membuat lelah sehingga kami mengambil waktu sebentar untuk beristirahat dan menikmati pemandangan lampu kota Purbalingga dengan taburan cahaya bintang di langit. Pos yang menjadi target awal kami untuk bermalam ini juga memiliki saung yang cukup luas dan kira-kira hanya mampu menampung 1 tenda di dalamnya.

Pos VII (Samyang Jampang)

· Pos VII-VIII (04.00-04.30)

Pos Kendit adalah pos selanjutnya dan melalui pos ini rute pendakian mulai terlihat lebih terjal. Pos ini merupakan dataran yang sedikit menaik disertai rerumputan yang cukup lebat.

Pos VIII Kendit

· Pos VIII-Pos IX (04.30-04.50)
Pos kesembilan adalah Pos Plawangan. Pos ini adalah pos paling bagus (menurut penulis) untuk dijadikan tempat bermalam. Karena dari pos ini seluruh kota Purbalingga dapat terlihat dengan jelas. Selain itu beberapa tanaman juga terlihat cukup rimbun dan rendah sehingga sangat terasa nyaman walau sebenarnya udara yang terasa semakin dingin. Pos ini adalah batas vegetasi Gunung Slamet, setelahnya hanya terlihat bebatuan dan kerikil serta terjal.

Pos IX Plawangan

· Pos IX-Puncak (04.50-05.50)

Badan mulai terasa lelah, kepala pun sedikit demi sedikit mulai terasa pening. Mungkin asupan makanan kami yang kurang semalam. Kami terlalu lelah sehingga memutuskan untuk bermain kartu lalu diteruskan dengan tidur. Hanya makan mie rebus telur sebelumnya. Jalan mulai terjal dan berkerikil. Banyak batu yang berjatuhan, cukup sulit karena kami harus menahan diri agar tidak terpeleset. Daaan akhirnya kami sampai di puncak! Di ketinggian 3430 mdpl dengan udara yang begitu dingin kami mulai berlarian, berfoto-foto serta tak lupa mengucap syukur. Walaupun sunrise tidak terlihat tapi kami tetap merasa senang karena sekali lagi Tuhan telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mencicipi salah satu puncak terindahnya. Bagian dari bumi yang luar biasa menggetarkan hati ketika kaki telah sampai dan menginjak tanahnya.

#KEPULANGAN

Selama kurang lebih satu jam setengah setelah kami puas menikmati puncak Slamet kami memutuskan untuk turun ke pos V. Tempat tenda serta seluruh logistik dan barang-barang kami ditinggalkan. Kami berangkat pukul 07.30 WIB dan sampai di pos V pukul 10.00 WIB. Kami mulai memasak makanan untuk makan siang. Setelah kenyang dan tenaga telah kembali pulih kami pun bersiap-siap untuk turun dan kembali ke basecamp pak Sugeng. Beberapa dari kami turun ke bawah dengan berlari-lari dan yang tercepat mampu sampai di basecamp pada pukul 15.30 WIB. Kami memutuskan untuk pulang ke Jogjakarta hari itu juga. Jadi, setelah bersih-bersih kami langsung aja naik ke truk sewaan menuju terminal Purwekerto dengan biaya yang sama yaitu Rp. 280.000,-. Waktu yang kami tempuh lumayan cepat dibanding awal keberangkatan yaitu satu jam 15 menit. Soalnya, jalanan cukup lengang karena hujan sehingga banyak kendaraan yang menepi. Berarti kalian kehujanan? Yaaaa memang kami naik di mobil bak terbuka dan otomatis kami kehujanan tetapi sungguh kami dikaruniai supir yang baik hati. Bapak supir rupanya sudah menyiapkan plastik berukuran sangat lebar yang sanggup menutupi semua bak truk. Konsekuensinya kami harus memegangi plastik agar tetap di tempat dan tidak terbang. Dan sesekali harus membuang air yang menggenang di atasnya. Sesampainya disana kami langsung memesan tiket bis Efisi*nsi dan di tempat duduk yang sama dengan keberangkatan. Itu adalah bis terakhir yang berjalan dari Purwekerto menuju Jogja, masih tetap dengan harga yang sama Rp. 40.000,-/orang. Selama 5 jam perjalanan yang dimulai dari pukul 7 malam tersebut kami semua tidur, karena fisik yang sudah sangat lelah. Ditambah lagi beberapa diantara kami ada yang kondisi badannya kurang sehat, mual dan muntah, ya mungkin masuk angin. Tepat pukul 12 malam kami sampai di Ambar Ketawang, dilanjutkan dengan shuttle gratis efisiensi kami menumpang hingga Bunderan UGM pada pukul 2 pagi dan karena tidak ada kendaraan kami pun melanjutkan perjalanan ke sekre PASAINS dengan berjalan kaki selama kurang lebih 15 menit.

Perjalan mengagumkan, lelah tetapi tak pernah lelah untuk pendakian di tanah Tuhan yang indah.

PASAINS Kuluk-kuluk

Minggu, 18 Agustus 2013

Time Keeper's Note (Gunung Slamet)

Sabtu, 17 Agustus 2013

PASAINS goes to Slamet (Pendakian Gunung Slamet)

Mengenai Saya